Isi cerita – Osteoartritis (OA), atau pengapuran tulang, merupakan masalah yang umum terjadi pada usia lanjut, terutama pada sendi-sendi seperti lutut. Kondisi ini ditandai dengan gejala nyeri, bengkak, dan berkurangnya mobilitas, yang signifikan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Menurut Asosiasi Orthopedi Indonesia, penanganan OA lutut tidak selalu memerlukan intervensi bedah seperti operasi.[2] Sebaliknya, pendekatan yang efektif meliputi evaluasi menyeluruh terhadap riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik yang komprehensif, dan pemantauan melalui pemeriksaan radiologis yang sesuai.
Salah satu terapi yang muncul sebagai alternatif non-operatif adalah Unicompartmental Knee Arthroplasty (UKA). Dr. dr. John C.P. Butarbutar, SpOT (K), konsultan ortopedi di Siloam Hospitals Lippo Village.[1] Menjelaskan bahwa UKA merupakan prosedur bedah minimal invasif yang hanya mengganti bagian yang rusak dari sendi lutut, baik sisi medial maupun lateral.
“Baca juga: Tak Hanya Jalan Tol, Ke IKN Bisa Lewat Laut Pakai Kapal Pinisi“ [3]
“Metode UKA fokus pada area yang bermasalah saja, memungkinkan pemulihan yang lebih cepat, nyeri yang lebih sedikit, dan penggunaan obat penghilang rasa sakit yang lebih terbatas,” ungkap dr. John dalam diskusi dengan media.
Berbeda dengan Total Knee Replacement (TKR) yang mengganti seluruh sendi lutut dengan sendi buatan (prostetik), UKA lebih cocok untuk pasien dengan osteoartritis atau cedera lutut yang lebih terlokalisasi. Hal ini memungkinkan pasien untuk mengalami pemulihan yang lebih cepat dan efektif.
Dr. Jeffry Oeswadi, MARS, Direktur Siloam Hospitals Lippo Village, menekankan bahwa prosedur UKA merupakan bagian dari komitmen mereka untuk memberikan layanan medis terbaik kepada pasien dengan osteoartritis lutut.[1] “Kami berupaya menjawab tantangan kondisi yang semakin umum terjadi, terutama di kalangan populasi lanjut usia,” tambahnya.
“Simak juga: SIM Indonesia Berlaku Internasional Mulai 2025?“ [5]
Osteoartritis lutut tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien. Tetapi juga menjadi masalah global yang semakin berkembang seiring dengan meningkatnya masalah obesitas dan penuaan penduduk.[4] Dengan inovasi medis seperti UKA, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah mengakses perawatan yang tepat waktu dan efektif.
Dengan demikian, upaya dalam mengelola osteoartritis lutut bukan hanya tentang mengatasi gejala. Tetapi juga memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang holistik dan berorientasi pada hasil yang optimal.
[1] https://m.tribunnews.com/kesehatan/2024/06/22/cara-menangani-osteoartritis-lutut-penyakit-yang-banyak-dialami-lansia
[2] https://muliaherbal.com/gutamin-osteoarthritis/?gad_source=1
[3] https://jangkauaninfo.com/berita/tak-hanya-jalan-tol-ke-ikn-bisa-lewat-laut-pakai-kapal-pinisi/
[4] https://www.alodokter.com/gejala-osteoarthritis-dan-cara-mengobatinya
[5] https://infoinspiratif.com/berita/sim-indonesia-berlaku-internasional-mulai-2025/