Isi cerita – Pada Agustus 2024, pertumbuhan kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dilaporkan hanya mencapai 4,3%. Angka ini menimbulkan kekhawatiran mengingat sektor UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Dalam kondisi normal, pertumbuhan kredit UMKM biasanya lebih tinggi karena tingginya permintaan dari pelaku usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan bisnis mereka. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan pertumbuhan kredit UMKM melambat?
Salah satu faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan kredit UMKM adalah kondisi ekonomi makro yang kurang mendukung. Pada tahun 2024, Indonesia menghadapi berbagai tantangan, termasuk inflasi yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi global. Inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menurun, sehingga permintaan terhadap produk dan jasa dari UMKM ikut berkurang. Hal ini membuat banyak pelaku UMKM enggan untuk mengambil pinjaman tambahan karena khawatir tidak dapat mengembalikannya. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, terutama akibat ketegangan perdagangan internasional, berdampak pada ekspor Indonesia. Banyak UMKM yang bergantung pada ekspor terpaksa menunda rencana ekspansi mereka karena pasar internasional yang tidak stabil.
“Baca Juga : Empat BUMN Indonesia Ternobatkan sebagai Paling Dipercaya “
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap rendahnya pertumbuhan kredit UMKM adalah suku bunga pinjaman yang relatif tinggi. Bank Indonesia pada tahun 2024 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan yang cukup tinggi dalam upaya mengendalikan inflasi. Suku bunga yang tinggi ini berdampak langsung pada biaya pinjaman bagi UMKM. Pelaku usaha yang sebelumnya berencana untuk mengambil kredit guna memperluas usahanya kini harus berpikir dua kali karena tingginya biaya bunga yang harus dibayar. Bank-bank juga menjadi lebih selektif dalam menyalurkan kredit kepada UMKM, terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu. Mereka lebih cenderung memberikan kredit kepada usaha yang dianggap memiliki risiko rendah, sementara UMKM sering kali dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi.
Birokrasi yang rumit dan persyaratan yang ketat juga menjadi kendala bagi UMKM untuk mendapatkan akses ke kredit. Meskipun pemerintah telah mengupayakan berbagai program untuk mempermudah akses UMKM terhadap pembiayaan, kenyataannya banyak pelaku UMKM yang masih menghadapi kesulitan dalam proses pengajuan kredit. Persyaratan dokumen yang banyak dan proses verifikasi yang lama membuat banyak UMKM enggan untuk mengajukan kredit. Terutama bagi usaha kecil yang tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk menangani administrasi tersebut.
“Simak juga: Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global “
Selain faktor ekonomi dan kebijakan, perubahan pola konsumsi masyarakat juga berdampak pada pertumbuhan kredit UMKM. Sejak pandemi COVID-19, banyak konsumen yang beralih ke belanja online dan mengurangi pembelian di toko fisik. Meskipun banyak UMKM telah beradaptasi dengan menyediakan layanan online, tidak semua usaha kecil mampu melakukan transformasi digital ini dengan cepat. Akibatnya, permintaan terhadap produk dan jasa mereka menurun, dan mereka lebih memilih untuk mengandalkan dana internal daripada mengambil kredit dari bank.
Menyadari pentingnya sektor UMKM dalam perekonomian nasional, pemerintah bersama dengan lembaga keuangan terus berupaya untuk mendorong pertumbuhan kredit UMKM. Berbagai inisiatif telah diluncurkan, termasuk penurunan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR), penyediaan dana bantuan modal, dan pelatihan kewirausahaan. Selain itu, bank-bank juga didorong untuk lebih proaktif dalam memberikan edukasi keuangan kepada pelaku UMKM agar mereka lebih siap dalam mengakses kredit. Namun, tantangan yang dihadapi sektor UMKM masih memerlukan waktu untuk diatasi. Dalam jangka pendek, pertumbuhan kredit UMKM mungkin akan tetap moderat. Tetapi dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan angka ini akan meningkat kembali seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi.
Pertumbuhan kredit yang hanya mencapai 4,3% di Agustus 2024 disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi ekonomi makro yang menantang, suku bunga tinggi, hingga proses pengajuan kredit yang rumit. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga keuangan untuk mengatasi masalah ini, masih diperlukan waktu dan strategi yang lebih efektif untuk mendukung sektor UMKM agar dapat kembali tumbuh dengan lebih cepat. UMKM harus terus didukung karena peran pentingnya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kebijakan yang tepat dan akses ke pembiayaan yang lebih mudah, sektor ini diharapkan dapat kembali menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di masa mendatang.