Isi cerita – Badan Penelitian Kanker dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait potensi bahaya kanker yang bisa dipicu oleh penggunaan bedak tabur, yang diduga terkontaminasi dengan asbes secara tidak sengaja. Asbes, sebagai zat karsinogenik yang sudah terbukti, dapat terdapat dalam bedak tabur alami, menurut klasifikasi Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) yang mengategorikan bedak tabur ke dalam Kelompok 2A dalam hal karsinogenisitas pada manusia.
Isi cerita – IARC merujuk pada bukti terbatas yang menunjukkan bahwa paparan bedak tabur pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker ovarium. Serta bukti mekanistik yang menunjukkan sifat karsinogenik pada sel manusia. Temuan ini sejalan dengan studi terbaru yang menyimpulkan bahwa penggunaan bedak tabur pada area genital wanita dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
”Baca juga: Harga Obat-obatan Lebih Terjangkau, Langkah Kritis Menkes dalam Perjuangan“
“Ada banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan insiden kanker ovarium pada wanita yang melaporkan bahaya penggunaan bedak tabur di daerah perineum,” demikian laporan IARC seperti yang dilaporkan oleh New Atlas pada Selasa.
Meskipun fokus utama adalah pada produk yang tidak mengandung asbes. WHO menegaskan bahwa kontaminasi masih menjadi masalah yang signifikan dalam sebagian besar penelitian yang melibatkan manusia yang terpapar. Studi juga mencatat peningkatan kasus kanker ovarium pada wanita yang terpapar oleh nya dalam lingkungan kerja tertentu, seperti industri pulp dan kertas.
Dalam penelitian pada hewan, WHO menemukan bahwa tikus betina yang terpapar menunjukkan peningkatan signifikan dalam neoplasma ganas pada medulla adrenal dan kanker paru-paru. Sementara tikus jantan menunjukkan neoplasma baik jinak maupun ganas pada medulla adrenal. Pada tingkat sel, bedak tabur diketahui menyebabkan peradangan kronis serta mempengaruhi pertumbuhan dan kematian sel.
Temuan ini mengemuka hanya beberapa bulan setelah Johnson & Johnson setuju untuk membayar US$700 juta. Dalam kasus gugatan besar yang menuduh perusahaan ini menyesatkan konsumen tentang keamanan produk bedak bayi dan bedak talk lainnya.
Namun, WHO menyoroti keterbatasan temuan ini karena bergantung pada laporan mandiri dan observasi, bukan uji coba langsung. Sehingga badan ini tidak dapat dengan pasti menyimpulkan bahwa bedak tabur secara langsung menyebabkan kanker. “Bias dalam pelaporan bahaya penggunaan bedak tabur dalam studi epidemiologi juga perlu diperhatikan. Yang mengakibatkan ketidakpastian dalam menetapkan perannya sebagai penyebab kanker,” pernyataan WHO menegaskan.
Talk, mineral alami yang terdiri dari magnesium, silikon, oksigen, dan hidrogen. Telah lama digunakan dalam produk perawatan kulit sejak abad ke-19. Meskipun tidak semua produk mengandung asbes, talk sering kali ditemukan berdekatan dengan asbes, yang merupakan tantangan tambahan dalam pemisahan keduanya. Endapan talk sering kali mengandung jenis asbes yang paling beracun seperti tremolit atau antofilit. Yang lebih berpotensi karsinogenik dibandingkan chrysotile, varian asbes yang paling umum ditemukan di AS.
Dengan demikian, peringatan ini menyoroti pentingnya pemantauan ketat terhadap kontaminasi dalam produk-produk kosmetik. Serta perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami dengan lebih baik hubungan antara penggunaannya dan risiko kesehatan jangka panjang, termasuk potensi pengembangan kanker.