Isi cerita – Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini melakukan pelantikan penting yang menarik perhatian publik, yakni Taruna Ikrar sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pelantikan ini menandai babak baru dalam perjalanan karir Taruna Ikrar, yang sebelumnya dikenal sebagai ahli otak manusia terkemuka. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai sosok yang kini memegang peranan strategis dalam pengawasan obat dan makanan di Indonesia ini.
Taruna Ikrar dilantik sebagai Kepala BPOM menggantikan Penny K. Lukito yang mengakhiri masa tugasnya pada November 2023. Sejak itu, posisi Kepala BPOM diisi oleh pelaksana tugas, Rizka Andalusia, hingga penunjukan resmi Taruna Ikrar. Pelantikan ini menjadi sorotan, mengingat latar belakang unik Taruna yang sangat berbeda dari kebanyakan pejabat publik lainnya.
“Baca juga: Gigi Sensitif, Penyebab, Gejala, dan Solusi”
Taruna Ikrar adalah seorang ilmuwan dengan keahlian khusus dalam otak manusia. Ia dikenal sebagai salah satu pemegang paten dalam pemetaan otak manusia sejak tahun 2009. Sebelum mengambil peran di BPOM, Taruna menjabat sebagai spesialis laboratorium di departemen anatomi dan neurobiologi di Universitas California di Irvine. Keahlian ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai fungsi dan struktur otak, serta berbagai aspek kognitif dan neurologis yang kompleks.
Pada 30 Agustus 2023, gelar profesor Taruna Ikrar dicabut berdasarkan Keputusan Mendikbudristek RI Nomor 0728/E.E4/RHS/DT.04.01/2023. Keputusan ini diambil setelah ditemukan adanya dugaan kecurangan dalam usulan penyetaraan jabatan akademik Taruna. Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng, selaku Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, mengungkapkan bahwa pencabutan gelar ini merupakan tindakan administratif yang harus dilakukan untuk menjaga integritas akademik.
Meskipun mengalami kontroversi dalam dunia akademik, kontribusi Taruna Ikrar dalam bidang neurologi tetap signifikan. Ia mengklaim telah melakukan 67 penemuan terkait otak manusia dan berhasil memetakan lebih dari 100 miliar jalur saraf serta 1000 triliun koneksi fungsi otak di seluruh tubuh. Penelitian ini membuka wawasan baru tentang bagaimana otak mengontrol berbagai fungsi tubuh, termasuk jantung yang dapat berdetak secara otomatis berkat sinyal dari otak.
Taruna juga memiliki proyek penelitian ambisius yang dikenal dengan nama “Advance Medicine of Degenerative Medicine.” Proyek ini bertujuan untuk mencari solusi bagi penyakit degeneratif seperti Parkinson, yang selama ini sulit disembuhkan secara efektif. Menurut Taruna, obat-obatan yang ada saat ini hanya meredakan gejala sementara dan tidak dapat menghilangkan penyakit secara permanen. Jika proyek ini berhasil, maka akan ada harapan baru bagi jutaan orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk mendapatkan pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit degeneratif.
“Simak juga: Mengidap Kista di Batang Otak, Semangat Demi Anak-anak”
Dengan pelantikan sebagai Kepala BPOM, Taruna Ikrar menghadapi tantangan besar dalam memastikan pengawasan obat dan makanan di Indonesia berjalan dengan baik. Pengalaman dan pengetahuan ilmiahnya tentang otak manusia dapat memberikan perspektif baru dalam penilaian keamanan dan efikasi produk obat dan makanan. Harapannya, pendekatan berbasis ilmiah ini akan membantu BPOM untuk meningkatkan kualitas pengawasan dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi konsumen.
Dalam peran barunya ini, Taruna diharapkan dapat memanfaatkan keahliannya untuk inovasi di bidang kesehatan dan mengatasi tantangan-tantangan dalam pengawasan obat dan makanan yang kian kompleks. Perubahan kepemimpinan di BPOM ini membawa harapan baru akan kemajuan dalam regulasi dan pengawasan kesehatan di Indonesia, dan kita menantikan langkah-langkah konkret yang akan diambil oleh Taruna Ikrar dalam menjalankan tugas barunya.