Isi cerita – Infeksi virus Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan ancaman serius bagi kesehatan bayi dan anak kecil di Indonesia. Profesor Dr. Rinawati Rohsiswatmo, seorang ahli neonatologi, menyoroti pentingnya langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif serta peran pemerintah dalam meningkatkan kesadaran dan akses terhadap diagnosis dan perawatan kasus RSV.
RSV adalah penyebab utama infeksi saluran pernafasan, yang dapat menimbulkan gejala ringan seperti flu hingga masalah pernafasan yang berat, terutama pada bayi, anak kecil, dan lanjut usia.[1] Virus ini menular melalui tetesan pernapasan saat batuk, bersin, atau berbicara, dan bisa bertahan di permukaan benda untuk beberapa jam, meningkatkan risiko penularan tidak langsung.
“Baca juga: Inggris vs Slovakia di Euro 2024, Rooney Menyoroti Southgate“ [2]
Studi terbaru menunjukkan bahwa RSV menyumbang sekitar 27,1% kasus pneumonia pada anak di bawah 5 tahun di Indonesia. Menempatkannya sebagai penyebab kedua terbanyak setelah flu.[3] Insiden infeksi saluran nafas bagian bawah akibat RSV mencapai 50,1 per 1.000 anak per tahun. Dengan angka kejadian tertinggi terjadi dari awal Desember hingga akhir Maret.
Faktor risiko utama untuk mengalami komplikasi parah akibat RSV meliputi bayi prematur dan mereka dengan kondisi medis seperti cerebral palsy. Meskipun kasus RSV terjadi setiap tahun dengan puncaknya pada awal hingga pertengahan tahun. Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bahaya infeksi ini masih rendah.
Prof. Rinawati menekankan bahwa saat ini tidak ada pengobatan definitif untuk RSV, sehingga pencegahan menjadi fokus utama. Upaya pencegahan meliputi meningkatkan awareness masyarakat melalui kampanye edukasi yang intensif, khususnya bagi kelompok risiko tinggi seperti bayi prematur. Selain itu, penting juga untuk memperluas akses terhadap tes diagnostik RSV sehingga kasus-kasus yang terjadi dapat dideteksi lebih dini.
Pemerintah perlu mengambil peran aktif dalam mendukung upaya ini dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai dan mendukung pengembangan terapi suportif untuk pasien RSV yang parah. Langkah-langkah preventif seperti menjaga kebersihan dan mempertimbangkan imunoprofilaksis dengan menggunakan antibodi monoklonal spesifik RSV (seperti Palivizumab) juga harus dipertimbangkan untuk mengurangi risiko infeksi pada bayi prematur.
“Simak juga: Menyongsong Pilkada, Potensi Calon dari PDIP“ [4]
Di samping itu, meningkatkan cakupan vaksinasi rutin yang sesuai dengan jadwal imunisasi juga menjadi strategi penting dalam melindungi anak-anak dari berbagai penyakit menular. Termasuk pneumonia yang bisa disebabkan oleh RSV.
Dengan memprioritaskan pencegahan dan meningkatkan kesadaran akan bahaya RSV. Pemerintah dapat mengurangi beban penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh infeksi ini di kalangan anak-anak.[5] Langkah-langkah ini tidak hanya membutuhkan komitmen pemerintah tetapi juga kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi generasi masa depan.
[1] https://m.tribunnews.com/kesehatan/2024/06/29/pemerintah-harus-cegah-infeksi-virus-rsv-demitekan-angka-kematian-pada-bayi?page=2
[2] https://bahasinfo.net/sports/inggris-vs-slovakia-di-euro-2024-rooney-menyoroti-southgate/
[3] https://amp.kontan.co.id/news/tekan-angka-kematian-pada-bayi-pemerintah-harus-mencegah-infeksi-virus-rsv
[4] https://langgananinfo.com/umum/menyongsong-pilkada-potensi-calon-dari-pdip/
[5] https://www.gatra.com/news-601633-kesehatan-tekan-angka-kematian-pada-bayi-cegah-infeksi-virus-rsv-harus-jadi-prioritas-pemerintah.html